04/01/13

Analis dari kesalahan berbahasanya

Spread Wings of Love~
     Kita hadir karena cinta, dibesarkan dengan cinta tak bersyarat oleh orangtua. Sejak lahir pun kita sudah akrab denga cinta. Nggak usah menyoal pacar dulu nih. Liat deh itu adik-adik bayi. Mereka menangis saat lapar, saat popoknya basah, saat mereka membutuhkan sentuhan dan kehadiran ibunya, lalu pada saat mereka tersenyum dan tertawa, sangat indah. Indescribable. Kalau kita ngeliat bayi tertawa, kita pasti ikutan ketawa. itu karena tawa yang keluar dari jiwa-jiwa yang murni. Full of Love.
     Nggak bisa disalahin juga kok kalau kamu lagi jatuh cinta. Wuah banged kan rasanya. Kalau lagi happy, atau lagi kesel, perubahan mood-nya luar biasa. Namanya selalu aja kesebut kalau lagi ngobrol sama keluarga, sahabat dan teman-teman. Hehe. ini kadang ngeselin, lho. Kayak engga ada tema yang lain aja.
Padahal, keluarga, sahabat dan teman-teman itu justru yang selalu ada di dekat kita saat kondisi apapun. Kalau pacar ? Hmm. masa pacaran sih buat ajang promosi diri. biasanya yang manis-manis doang ya yang dipajang. Jangankan sama pacar deh, sama gebetan yang statusnya belum jelas aja kita berusaha kerap supaya tampilannya terlihat OK.
Demikianlah hasil cuplikan artikel tersebut diatas, dan inilah ada beberapa kesalahan dalam berbahasanya yang bertanda garis bawah ::
tak >> tidak
enggak >> tidak
menyoal >> soal
liat >> lihat
ngeliat >> melihat
banged >> sangat
mood >> perasaan
ngeselin >> kesel
kerap >> harus





02/01/13

Telaah kalimat efektif


(Wiyanto, 2004:48) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat adalah hemat dala penggunaan kata-kata. Hanya kata-kata yang diperlukan yang digunakan. Sebaliknya, Kata-kata yang mubadzir tidak perlu digunakan.Penggunaan kata-kata mubadzir berarti pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif yang hemat.
Meskipun hemat dalam penggunaan kata, Kalimat efektif tetap harus lengkap, Artinya kalimat itu harus disampaikan. Sedemikian lengkapnya sehingga kalimat efektif mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menghasilkan akibat. Selanjutnya, kalimat efektif harus dapat dipahami pendengar dengan cara yanng mudah dan menarik. Selain itu, kalimat efektif harus mematuhi kaidah struktur bahasa dan mencerminkan cara berpikir yang masuk akal (logis).

Contoh kalimat efektif :
  • Subyek dan atau predikat kalimat eksplisit.
Contoh :             
- Tidak efektif  : Berhubungan itu mengemukakannya juga minat baca kaum remaja makin 
                       menurun.
- Efektif          : Sehubungan dengan itu, dikemukakannya juga minat baca kaum remaja menurun.
 
  • Subyek dan predikat kalimat hendaknya tidak terpisah terlalu jauh agar kesatuan gagasan terjamin.
Contoh :
- Tidak efektif :  
Pembangunan jelas menuju zaman keemasan yang baru, menghendaki pengembangan bakat-bakat pendukung kebudayaan bangsa disegala lapangan mulai dari hal–hal yang tampaknya kecil seperti cara mengatur rumah tangga, cara bergaul dan cara memperoleh hiburan sampai meningkatkan kemasalah–masalah besar seperti pembangunan kota, memproduksi pangan, menciptakan berbagai bentuk kesenian baru, pendeknya segala soal yang membina kebudayaan baru.
- Efektif         : 
Pembangunan jelas munuju zaman keemasan yang baru. Oleh karena itu, pembangunan menghendaki pengembangan bakat–bakat kebudayaan bangsa disegala lapangan, mulai dari hal hal yang nampaknya kecil sampai kemasalah–masalah besar.

  • Keterangan harus ditempatkan setepat–tepatnya dan seterang–terangnya dalam kalimat sehingga sama sekali tidak mengganggu pemahaman. Keterangan yang dimaksud disini mencakup atribut, opsisi, adverbial, dalam bahasa Inggris disebut modifer.
- Squinting modifiers ( keterangan menjuling )

Contoh :
- Tidak efektif      :  Tahun ini SPP mahasiswa baru saja dinaikkan.
- Efektif              :  SPP mahasiswa tahun ini baru saja dinaikkan.



Kata serapan pada Jurusan Sistem Informasi

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
inilah contoh kata serapan pada jurusan Sistem Informasi :

Analisis kasus bagaimana upaya agar Bahasa Indonesia menjadi Tuan Rumah dinegara sendiri

KATA PENGANTAR

      Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan  tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui upaya agar Bahasa Indonesia menjadi Tuan Rumah diNegara sendiri, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
       Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Gunadarma. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,  kepada  dosen pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.


                                                                                                                                  Bekasi, 3 Januari 2013
                                                                                                                                  Penyusun


                                                                                                                                  Ani Ratnawati

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahasa sebagai salah satu ‘alat’ pemersatu bangsa, tak laik bila ditinggalkan begitu saja oleh sang ‘pemilik’ hakiki-nya. Bahasa sebagai penyambung antara rasa dan lidah seseorang untuk mendapatkan apa yang di inginkan oleh rasa itu sendiri.
Bahasa Indonesia sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyatukan hak kewarganegaraan di samping hak kesukuan dari berbagai wilayah di Indonesia. Hak bahasa Indonesia di negara-nya tidak boleh digantikan maupun tergantikan oleh kepentingan apapun dan harus dipertanggung jawabkan kepada sang ‘Pencipta’ bahasa. Namun, lambat laun, bahasa Indonesia kita mulai tergerus oleh kepentingan individu maupun kelompok-kelompok tertentu yang sengaja menimbulkan ‘eksis’-nya untuk bisamenggantikan bahasa Indonesia itu sendiri dengan cara yang amat sangat halus. ‘Pemilik’ bahasa-nya pun ada sebagian yang merasa tapi bingung mengatasinya, adapula yang tak ingin merasa dengan sengaja mengikuti trend agar supaya tidak dibilang ketinggalan zaman, atau pula merasa tapi ‘suka-suka gue-lah’.
Begitu banyak faktor yang sudah komplek yang mempengaruhi eksistensi bahasa Indonesia untuk menjadi ‘tuan rumah’ di negara-nya sendiri. Terlihat dari generasi sekarang yang lebih memanjakan diri mereka dengan bahasa-bahasa gaul, lebay, alay, singakatan yang mengikuti aturan trendsetter mind zaman ini, yang kebanyakan dari mereka boleh dibilang tidak tahu asal-muasal-nya.

BAB II
PEMBAHASAN

Seiring dengan perkembangan waktu dan jaman, akhir – akhir ini perhatian dan minat generasi muda untuk berbahasa Indonesia mulai memudar. Para generasi muda justru berlomba – lomba mempelajari bahasa asing dan bahasa – bahasa gaul sehingga bahasa kita sendiri menempati urutan kesekian bagi generasi muda. Pihak swasta seperti hotel dan restoran juga lebih menonjolkan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia, padahal sasaran mereka mayoritas orang Indonesia sendiri. Mendahulukan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia tidak hanya pada hotel dan restoran swasta saja bahkan jika kita menelepon instansi – instansi pemerintah, di kota – kota besar ternyata, yang akan menjawab pertama adalah rekaman kaset berbahasa Inggris. Tidak menutup kemungkinan seluruh konsulat – konsulat yang tersebar di dunia melakukan hal yang sama.
Memang saat ini dunia tengah disibukan dengan istilah baru dalam perkembangan sejarah umat manusia,Jaman Globalisasi. Menurut situs Wikipedia pengertian Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasional sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Dari pengertian tersebut,perkembangan bahasa Indonesia juga seakan “dikebiri “oleh adanya Globalisasi masyarakat dan generasi penerus seakan tidak Percya Diri menggunakan bahasa negaranya sendiri,bahkan ada yang menganggap bahasa yang penting adalah bahasa Inggris adan Bahasa asing lainnya yang penting di jaman globalisasi ini.
Kenyataan ini sungguh ironis mengingat Ppara pendahulu Negara kita berjuang habis habisan untuk memperjuangkan bahasa persatuan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,entah hal apa yang menyebabkan banyak pemuda bangsa memilih untuk menggunakan bahasa Asing dan bahasa Gaul dalam setiap obrolan yang mereka lakukan sehari-hari.
Rasa minder menggunakan bahasa sendiri mungkin menjadi faktor merosotnya penggunaan bahasa Indonesia dan justru bangga dapat fasih mengucapkan kata – kata asing. Padahal usaha memasyarakatkan bahasa Indonesia telah dilakukan pada tahun 1970-an oleh Gubernur Jakarta Bapak Ali Sadikin yang menetapkan peraturan yang mengharuskan toko – toko menggunakan bahasa Indonesia dan sebenarnya hal itu telah terbukti efektif toko – toko yang semula memakai nama asing dan menggunakan bahasa asing langsung menukarnya dengan bahasa Indonesia. Akan tetapi sekarang banyak toko – toko yang kembali menggunakan bahasa asing karena tidak adanya teguran dari pihak pemerintah.
Fenomena penggunaan bahasa Indonesia juga terkesan hanya terjadi dilingkungan formal pemerintaah belaka,sedangkan di masyarakat penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar sudah jaramg atau mungkin telah tiada di kalangan pemuda terutama. Bahkan yang sangat ironis, banyak anak muda jaman sekarang yang merubah bahasa seenaknya sendiri dengan akronim dan bahasa bahasa yang tidak begitu dimengerti atau bahasa ”Alay” menurut istilah mereka.

BAB III
PENUTUP


     Maka solusi yang paling utama yang bisa ditawarkan adalah memberikan akses seluas-luasnya bagi anak usia dini hingga umur yang ditentukan nantinya, untuk mengenal dialek ibunya dalam hal bahasa daerah, maupun bahasa nasional, sebelum ia boleh mempelajari multi bahasa.
     Dengan maksud bahwa, walaupun orang tua tidak berdialek bahasa Indonesia atau bahasa daerah, sebagai konsekwensinya adalah ketika putra-putrinya bersekolah di Indonesia, dia harus mengenal dan mampu berbicara bahasa Indonesia. Atau sebaliknya, walaupun orang Indonesia namun menempuh pendidikan di sekolah bertaraf internasional maupun kelas internasional, ia harus tetap mendapatkan pelajaran akan bahasa ibunya yaitu bahasa Indonesia, juga diberikan kesempatan untuk berbicara dengan bahasa Indonesia disamping bahasa yang berlaku di tempat pendidikannya.
     Ini merupakan salah satu solusi perlindungan terhadap bahasa negara akan ancaman globalisasi dan pasar bebas yang menuntut setiap individu untuk mempunyai ketrampilan bahasa yang multi lingual.
Dan tentunya, harus juga dibantu oleh peraturan pemerintah yang mengikat ke seluruh pelosok negeri tanpa melihat ras orang tua, agama, budaya, dan lain lain.
Begitu pula dengan media yang mempunyai peranan penting dalam penggerusan bahasa Indonesia, maka sebaliknya, harus mampu mengembalikan dan memberi perlindungan sepenuhnya akan bahasa Indonesia, yang meliputi media penyiaran dari televisi dan radio, juga media cetak dari majalah dan koran. Aturan pun harus ditaati oleh media untuk bisa melangsungkan penyiarannya juga cetakannya.
   Dan yang harus selalu di ingat, pemerintah jangan pernah takut untuk menindak tegas pelanggaran-pelanggaran yang terkait dalam hal ini, tak pula khawatir akan ancaman investor yang ingin meninggalkan bila tidak sesuai dengan visi misi mereka. Karena dalam hal keberlangsungan hidup media juga pengawasan, masih banyak tangan-tangan Indonesia yang bisa menanganinya.
Ini semua kita langsungkan untuk menjaga eksistensi ‘diri kita’ yang dalam hal ini adalah bahasa negara, akan adanya efek komplek yang berkelanjutan .
Kalau bukan kita sendiri yang menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia, siapa lagi? Who will save our languange?


REFERENSI

http://bahasa.kompasiana.com/2012/12/18/bahasaku-sayang-bahasaku-malang-512134.html
http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/22/bahasa-indonesia-dan-kita-495490.html






PENGARUH BAHASA ASING DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

     Setiap negara mempunyai media komunikasi yang mana dapat memperlancar suatu hubungan antar individu. Alat komunikasi ini kita sebut bahasa.
     Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.

       Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi yang digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berbahasa antar daerah. Bahasa Indonesia juga bisa disebut sebagai jati diri bangsa Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia sudah dikenal dari anak-anak hingga dewasa karena merupakan suatu media yang menasional.
Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Jika generasi penerus masa depan bangsa Indonesia sudah tidak bisa menghargai bahasa sendiri maka bahasa Indonesia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai bahasa Nasional.

   Sudah saatnya pemerintah bertindak dalam menyelamatkan bahasa Indonesia dari keterpinggiran. Setidaknya penyelamatan ini dimulai dari pemerintah yang mengeluarkan kebijakan agar Bahasa Indonesia tetap dapat menjalankan fungsinya walaupun terdapat sekolah yang di anggap memenuhi standar internasional. Tidak hanya pemerintah tetapi masyarakat yang berpendidikan harus membantu dalam menyelamatkan bahasa Indonesia, agar bahasa Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sehingga Bangsa Indonesia bisa maju dengan tetap menghargai bahasa sendiri.


B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara menyikapi bahasa Indonesia ?
Perlunya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
pentingnya peran serta media massa ?


C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara menyikapi bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui pentingnya peran serta media massa dalam pengaruh bahasa Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara menyikapi bahasa Indonesia



      Sebagaimana disebutkan diatas bahwa era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan.
Dengan demikian globalisasi memang tidak dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat bertahan di era modern ini. Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia. Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat. Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.      


Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula.
Arus global tanpa kita sadari memang telah berimbas pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya dan sosial media, facebook, twitter, SMS misalnya, memberi banyak perubahan bagi struktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Di era global dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam memertahankan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and Technology).
Pemanfaatan ICT sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Misalnya dengan memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (2004), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu, (2) sebagai alat bantu pembelajaran, (3) sebagai fasilitas pendidikan, (4) sebagai standar kompetensi, (5) sebagai penunjang administrasi, (6) sebagai alat bantu manajemen sekolah, dan (7) sebagai infrastruktur pendidikan.

B. Perlunya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar

    Berbahasa Indonesia yang baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, seperti pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Namun, kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Sebaliknya, berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode maupun bahasa gaul. Hal ini disebabkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi antar sesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama bahasa yaitu sebagai media komunikasi untuk menyampaikan  pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Akhirnya, keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.
Disamping itu, perubahan bahasa dapat juga terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa. Seperti misalnya, dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal ini memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Akhirnya, kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia tergeser pada tingkat pemakaiannya.
Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di semua sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki nilai.
Demikian juga dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sementara tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

C. Pentingnya Peran Serta Media Massa

       Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada umumnya lebih awal dipakai oleh media massa, apakah di media surat kabar, radio, atau televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Di samping memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media massa mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, media massa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam pelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Kini media massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Seiring dengan itu, pembinaan bahasa Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan guna menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi kaidah kebahasaan. Kalangan media massa harus diyakinkan bahwa mereka juga mengikuti pembinan bahasa seperti kita.
Keberadaan media massa merupakan suatu peluang yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Terkait dengan itu, Harmoko (1988), ketika menjadi Menteri Penerangan, menyarankan bahwa pers sebaiknya memuat ulasan atau menyediakan ruang pembinaan bahasa Indonesia sebagai upaya penyebaran pembakuan yang telah disepakati bersama. Di samping itu, pers diharapkan mampu menyosialisasikan hasil-hasil pembinaan dan pengembangan bahasa, dan mampu menjadi contoh yang baik bagi masyaralat dalam hal pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Harapan ini sangat mungkin bisa direalisasikan karena pers telah memiliki pedoman penulisan yang disebut Pedoman Penulisan Bahasa dalam Pers.
Melihat perkembangan pers saat ini, khsususnya setelah euforia reformasi, banyak hal yang memrihatinkan, khususnya dalam etika berbahasa. Bahasa yang terkesan keras bahkan kasar ini kalau terus-menerus mewarnai pers, tentu akan berpengaruh negatif pada pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, karena mesyarakat luas akan dengan mudah menirukannya.

            BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN

   Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia merupakan bahasa asing pertama. Kedudukan tersebut berbeda dengan bahasa kedua. Mustafa dalam hal ini menyatakan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari anak setelah bahasa ibunya dengan ciri bahasa tersebut digunakan dalam lingkungan masyarakat sekitar. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi sosial. Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia tersebut mengakibatkan jarang digunakannya Bahasa Inggris dalam interaksi sosial di lingkungan anak. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris karena pemerolehan bahasa asing bagi anak berbanding lurus dengan volume, frekuensi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.     Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri bahasa Indonesia. Ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang dimaksud adalah antara lain sebagai berikut.     Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang, peraturan-peraturan, dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi internasional (antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

http://odhepriyamona.wordpress.com/2009/10/20/bahasa-indonesia-dan-era-globalisasi/http://silviarasyid.blogspot.com/2010/04/pengaruh-penerapan-penggunaan-bahasa.html 
http://gabygabrielabosch.blogspot.com/2011/04/pengaruh-bahasa-asing-dalam.html
http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/25/pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-bahasa-indonesia-496325.html